MAKALAH
PEMBELAJARAN INOVATIF II
“LESSON STUDY”

Dosen Pengampu
: Lestariningsih, S.Pd. M.Pd.
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU
REPUBLIK INDONESIA
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN MATEMATIKA
2015
KATA PENGANTAR
Puja dan puji
syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika
Sekolah 1, dengan materi “LESSON STUDY”.
Di dalam makalah ini, kami membantu mempermudah para
siswa untuk menyelesaikan berbagai masalah yang berhubungan dengan perbandingan
yang sering kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari.
Kami juga tidak
lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan
makalah ini. Terutama kepada Ibu Lestariningsih, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Pembelajaran Inovatif II, yang telah menugaskan penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
konstruktif guna penyusunan makalah selanjutnya, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa ada sarana yang membangun.
Semoga dengan disusunnya makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami selaku penulis khususnya, dan tak lupa bagi pembaca
umumnya.
Sidoarjo,
21 Maret
2015
Penulis
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
Selama pendidikan masih ada, maka selama itu pula
masalah-masalah tentang pendidikan akan selalu muncul dan orang pun tak akan
henti-hentinya untuk terus membicarakan dan memperdebatkan tentang
keberadaannya, mulai dari hal-hal yang bersifat fundamental-filsafiah sampai
dengan hal–hal yang sifatnya teknis-operasional. Sebagian besar pembicaraan
tentang pendidikan terutama tertuju pada bagaimana upaya untuk menemukan cara
yang terbaik guna mencapai pendidikan yang bermutu dalam rangka menciptakan
sumber daya manusia yang handal, baik dalam bidang akademis, sosio-personal,
maupun vokasional.
Salah satu masalah atau topik
pendidikan yang belakangan ini menarik untuk diperbincangkan yaitu
tentang Lesson Study, yang muncul sebagai salah satu
alternatif guna mengatasi masalah praktik pembelajaran yang selama ini
dipandang kurang efektif. Seperti dimaklumi, bahwa sudah sejak lama praktik
pembelajaran di Indonesia pada umumnya cenderung dilakukan secara konvensional
yaitu melalui teknik komunikasi oral. Praktik pembelajaran konvesional semacam ini lebih
cenderung menekankan pada bagaimana guru mengajar (teacher-centered)
dari pada bagaimana siswa belajar (student-centered), dan secara
keseluruhan hasilnya dapat kita maklumi yang ternyata tidak banyak memberikan
kontribusi bagi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran siswa. Untuk
merubah kebiasaan praktik pembelajaran dari pembelajaran konvensional ke
pembelajaran yang berpusat kepada siswa memang tidak mudah, terutama di
kalangan guru yang tergolong pada kelompok laggard (penolak
perubahan/inovasi). Dalam hal ini, Lesson Study tampaknya dapat dijadikan
sebagai salah satu alternatif guna mendorong terjadinya perubahan dalam praktik
pembelajaran di Indonesia menuju ke arah yang jauh lebih efektif.
Dalam tulisan ini, akan dipaparkan secara ringkas
tentang apa itu Lesson Study dan bagaimana tahapan-tahapan
dalam Lesson Study, dengan harapan dapat memberikan pemahaman
sekaligus dapat mengilhami kepada para guru (calon guru) dan pihak lain yang
terkait untuk dapat mengembangkan Lesson Study lebih lanjut guna
kepentingan peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran siswa.
II. PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Lesson Study
Konsep dan praktik Lesson Study pertama
kali dikembangkan oleh para guru pendidikan dasar di Jepang, yang dalam bahasa
Jepang-nya disebut dengan istilah kenkyuu jugyo. Adalah Makoto Yoshida,
orang yang dianggap berjasa besar dalam mengembangkan kenkyuu jugyo di
Jepang. Keberhasilan Jepang dalam mengembangkan Lesson Study tampaknya
mulai diikuti pula oleh beberapa negara lain, termasuk di Amerika Serikat yang
secara gigih dikembangkan dan dipopulerkan oleh Catherine Lewis yang telah
melakukan penelitian tentang Lesson Study di Jepang sejak
tahun 1993. Sementara di Indonesia pun saat ini mulai gencar disosialisasikan
untuk dijadikan sebagai sebuah model dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran
siswa, bahkan pada beberapa sekolah sudah mulai dipraktikkan. Meski pada
awalnya, Lesson Study dikembangkan pada pendidikan dasar,
namun saat ini ada kecenderungan untuk diterapkan pula pada pendidikan menengah
dan bahkan pendidikan tinggi.
Lesson Study bukanlah suatu
strategi atau metode dalam pembelajaran, tetapi merupakan salah satu upaya
pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok
guru secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan,
mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran. Lesson Study bukan sebuah proyek sesaat, tetapi
merupakan kegiatan terus menerus yang tiada henti dan merupakan sebuah upaya
untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip dalam Total Quality Management,
yakni memperbaiki proses dan hasil pembelajaran siswa secara terus-menerus,
berdasarkan data. Lesson Study merupakan kegiatan yang dapat
mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning society) yang
secara konsisten dan sistematis melakukan perbaikan diri, baik pada tataran
individual maupun manajerial.
Sehingga dapat
disimpulkan bahwa Lesson Study merupakan
suatu pendekatan peningkatan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh
guru secara kolaboratif, dengan langkah-langkah pokok merancang pembelajaran
untuk mencapai tujuan, melaksanakan pembelajaran, mengamati pelaksanaan
pembelajaran tersebut, serta melakukan refleksi untuk mendiskusikan
pembelajaran yang dikaji tersebut untuk bahan penyempurnaan dalam rencana pembelajaran berikutnya. Fokus utama
pelaksanaan lesson study adalah
aktivitas siswa di kelas, dengan asumsi bahwa aktivitas siswa tersebut terkait
dengan aktivitas guru selama mengajar di kelas.
2.2 Pendapat Para Ahli Mengenai Lesson Study


“lesson
study is a simple idea. If you want to improve instruction, what could be more
obvious than collaborating with fellow teachers to plan, observe, and reflect
on lessons? While it may be a simple idea, lesson study is a complex process,
supported by collaborative goal setting, careful data collection on student
learning, and protocols that enable productive discussion of difficult issues”.
Dalam
tulisannya yang lain, Catherine Lewis (2004) mengemukakan pula tentang
ciri-ciri esensial dari Lesson Study, yang diperolehnya berdasarkan
hasil observasi terhadap beberapa sekolah di Jepang, yaitu:
1. Tujuan bersama untuk jangka panjang.
Lesson study didahului adanya
kesepakatan dari para guru tentang tujuan bersama yang ingin ditingkatkan dalam
kurun waktu jangka panjang dengan cakupan tujuan yang lebih luas, misalnya
tentang: pengembangan kemampuan akademik siswa, pengembangan kemampuan
individual siswa, pemenuhan kebutuhan belajar siswa, pengembangan pembelajaran
yang menyenangkan, mengembangkan kerajinan siswa dalam belajar, dan sebagainya.
2. Materi pelajaran yang penting.
Lesson study memfokuskan pada materi atau bahan
pelajaran yang dianggap penting dan menjadi titik lemah dalam pembelajaran
siswa serta sangat sulit untuk dipelajari siswa.
3. Studi tentang siswa secara cermat.
Fokus yang paling
utama dari Lesson Study adalah pengembangan dan pembelajaran
yang dilakukan siswa, misalnya, apakah siswa menunjukkan minat dan motivasinya
dalam belajar, bagaimana siswa bekerja dalam kelompok kecil, bagaimana siswa
melakukan tugas-tugas yang diberikan guru, serta hal-hal lainya yang berkaitan
dengan aktivitas, partisipasi, serta kondisi dari setiap siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran. Dengan demikian, pusat perhatian tidak lagi hanya tertuju
pada bagaimana cara guru dalam mengajar sebagaimana lazimnya dalam sebuah
supervisi kelas yang dilaksanakan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah.
4. Observasi pembelajaran secara langsung.
Observasi langsung boleh dikatakan
merupakan jantungnya Lesson Study. Untuk menilai kegiatan
pengembangan dan pembelajaran yang dilaksanakan siswa tidak cukup dilakukan
hanya dengan cara melihat dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan)
atau hanya melihat dari tayangan video, namun juga harus mengamati proses
pembelajaran secara langsung. Dengan melakukan pengamatan langsung, data yang
diperoleh tentang proses pembelajaran akan jauh lebih akurat dan utuh, bahkan
sampai hal-hal yang detail sekali pun dapat digali. Penggunaan videotape atau
rekaman bisa saja digunakan hanya sebatas pelengkap, dan bukan sebagai
pengganti.

(1) memikirkan secara lebih teliti lagi
tentang tujuan, materi tertentu yang akan dibelajarkan kepada siswa,
(2) memikirkan secara mendalam tentang
tujuan-tujuan pembelajaran untuk kepentingan masa depan siswa, misalnya tentang
arti penting sebuah persahabatan, pengembangan perspektif dan cara berfikir
siswa, serta kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan,
(3) mengkaji tentang hal-hal terbaik yang
dapat digunakan dalam pembelajaran melalui belajar dari para guru lain (peserta
atau partisipan Lesson Study),
(4) belajar tentang isi atau materi
pelajaran dari guru lain sehingga dapat menambah pengetahuan tentang apa yang
harus diberikan kepada siswa,
(5) mengembangkan keahlian dalam mengajar,
baik pada saat merencanakan pembelajaran maupun selama berlangsungnya kegiatan
pembelajaran,
(6) membangun kemampuan melalui
pembelajaran kolegial, dalam arti para guru bisa saling belajar tentang apa-apa
yang dirasakan masih kurang, baik tentang pengetahuan maupun keterampilannya
dalam membelajarkan siswa, dan
(7)
mengembangkan “The Eyes to See Students” (kodomo wo miru me),
dalam arti dengan dihadirkannya para pengamat (obeserver), pengamatan tentang
perilaku belajar siswa bisa semakin detail dan jelas.

(1) memperoleh
pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar;
(2) memperoleh
hasil-hasil tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh para guru lainnya, di luar
peserta Lesson Study
(3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis
melalui inkuiri kolaboratif
(4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana
seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.

(1) guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya,
(2) guru dapat memperoleh umpan balik dari
anggota/komunitas lainnya, dan
(3) guru dapat mempublikasikan dan
mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study. Dalam konteks
pendidikan di Indonesia, manfaat yang ketiga ini dapat dijadikan sebagai salah
satu Karya Tulis Ilmiah Guru, baik untuk kepentingan kenaikan pangkat maupun
sertifikasi guru.
2.3 Tahapan Lesson Study
Secara umum, tahapan dalam lesson
study yang dikemukakan oleh Slamet Mulyana (2007) meliputi tiga, yaitu plan,
do, dan see. Secara teknis, ketiga tahap tersebut dipaparkan sebagai berikut:
a.
Plan (perencanaan pembelajaran)
Setelah sebelumnya melakukan telaah kurikulum
serta merumuskan tujuan pembelajaran dan tujuan pengembangan siswa, langkah
awal dalam rangkaian lesson study adalah
merancang pembelajaran untuk mencapai tujuan dalam wujud perangkat
pembelajaran, termasuk di antaranya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Kegiatan ini dilakukan secara kolaboratif antara mahasiswa praktikan, dosen
pembimbing lapangan, dan guru pamong.
b.
Do (pelaksanaan dan pengamatan pembelajaran)
Langkah ini dimaksudkan untuk melaksanakan
pembelajaran di kelas berdasarkan perangkat pembelajaran yang telah disiapkan
sebelumnya. Kegiatan ini dilakukan oleh salah seorang dari mahasiswa praktikan
yang terlibat dalam kegiatan perencanaan pembelajaran tersebut.
Bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran,
dilakukan pula pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran tersebut.
Pengamatan ini dilakukan oleh mahasiswa praktikan dalam satu bidang studi yang
sama, guru pamong, dan dosen pembimbing lapangan. Pengamatan dapat pula
melibatkan mahasiswa/guru dalam bidang studi serumpun maupun bidang studi lain.
Pada saat melakukan pengamatan (see),
perhatian difokuskan kepada perilaku
siswa di kelas (bukan pada aktivitas mengajar guru).
c.
See (refleksi pembelajaran)
Setelah melaksanakan pembelajaran dan
mengamatinya, seluruh pihak yang terlibat dalam aktivitas pengamatan melakukan
refleksi untuk mendiskusikan pembelajaran yang dikaji tersebut dan
menyempurkannya, serta merencanakan pembelajaran berikutnya. Dalam tahap
refleksi ini, pembahasan tidak
dimaksudkan untuk mengomentari aktivitas guru ketika melaksanakan pembelajaran,
melainkan lebih diarahkan pada hasil pengamatan terhadap perilaku siswa selama
proses pembelajaran di kelas. Dengan demikian tidak ada komentar terhadap
perilaku guru ketika mengajar, namun diharapkan berdasarkan refleksi pengamat terhadap perilaku siswa tersebut, guru model akan dapat merefleksi dirinya sendiri.
Hasil maksimal akan diperoleh apabila ketiga tahap di atas dilaksanakan secara utuh dan berkesinambungan. Melalui
kegiatan lesson study ini kelemahan
guru model pada setiap tahap pembelajaran yang dilaksanakan dapat diperbaiki
dan disempurnakan. Untuk lebih memudahkan pemahaman, tahapan tersebut di atas
diilustrasikan pada bagan berikut:
Bagan : Alur Pelaksanaan Pembelajaran melalui Penerapan
Lesson Study
![]() |
|||||||||||||
![]() |
|||||||||||||
![]() |
|||||||||||||
![]() |
|||||||||||||
![]() |
|||||||||||||
![]() |
|||||||||||||
![]() |
Sedangkan Bill Cerbin dan Bryan Kopp dari University
of Wisconsin mengetengahkan enam tahapan dalam Lesson Study, yaitu:
1.
Form a Team: membentuk tim sebanyak 3-6 orang yang terdiri guru
yang bersangkutan dan pihak-pihak lain yang kompeten serta memilki kepentingan
dengan Lesson Study.
2.
Develop
Student Learning Goals: anggota
tim memdiskusikan apa yang akan dibelajarkan kepada siswa sebagai hasil
dari Lesson Study.
3.
Plan the
Research Lesson: guru-guru
mendesain pembelajaran guna mencapai tujuan belajar dan mengantisipasi
bagaimana para siswa akan merespons.
4.
Gather
Evidence of Student Learning: salah seorang guru tim melaksanakan pembelajaran, sementara yang lainnya
melakukan pengamatan, mengumpulkan bukti-bukti dari pembelajaran siswa.
5.
Analyze
Evidence of Learning: tim
mendiskusikan hasil dan menilai kemajuan dalam pencapaian tujuan belajar siswa
6. Repeat the Process: kelompok merevisi pembelajaran, mengulang tahapan-tahapan mulai dari
tahapan ke-2 sampai dengan tahapan ke-5 sebagaimana dikemukakan di atas, dan
tim melakukan sharing atas temuan-temuan yang ada.
2.4 Manfaat Lesson Study
Lesson study memberikan banyak hal yang menurut para peneliti dianggap
efektif dalam mengubah praktik mengajar guru seperti penggunaan materi
pembelajaran yang konkrit untuk memfokuskan pada permasalahan agar lebih
bermakna, mengambil konteks pembelajaran dan pengalaman guru yang eksplisit,
dan juga memberikan dukungan pada guru dalam hubungan sejawat. Dengan kata lain, lesson study memberikan banyak kesempatan
kepada para guru untuk membuat bermakna ide-ide pendidikan dalam praktik
mengajar mereka, untuk mengubah perspektif mereka tentang pembelajaran, dan
untuk belajar mengamati praktik mengajar mereka dari perspektif siswa. Dalam lesson
study, kita melihat apa yang terjadi dalam pembelajaran lebih objektif dan
itu membantu kita memahami ide-ide penting tanpa harus lebih memperhatikan
isu-isu lain dalam kelas kita” (Murata & Takahashi, 2002).
Menurut
Lewis (Akihito Takashi, 2006), lesson study mempromosikan dan mengelola
kerja kolaboratif antar guru dengan memberi dukungan dan intervensi sistematik.
Selama lesson study, para guru berkolaborasi untuk:
o
merumuskan
tujuan-tujuan jangka panjang untuk pengembangan dan belajar siswa;
o
merencanakan
dan melaksanakan pembelajaran yang berdasar pada penelitian dan observasi untuk
mengaplikasikan tujuan-tujuan jangka panjang ke dalam praktek-praktek kelas untuk
isi-isi akademik khusus;
o
mengobservasi
secara hati-hati tingkat belajar siswa, keterlibatan mereka, dan perilaku
mereka selama pembelajaran;
o
melaksanakan
diskusi setelah pembelajaran bersama kelompok kolaboratif mereka untuk
mendiskusikan dan merevisi pembelajaran yang sesuai.
2.5 Bagaimana Mengatasi Kendala?
Berbagai
kendala yang mungkin dihadapi ketika mengimplementasikan lesson study
di antaranya adalah adanya persepsi yang keliru tentang lesson study,
penyusunan jadwal, pendanaan, setting kelas, dan pendokumentasian. Untuk
menghindari adanya kesalahan persepsi tentang lesson study, pada tahap
perencanaan perlu diadakan penyamaan persepsi antaranggota kelompok bahwa lesson
study lebih dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, dan bukan
untuk menilai guru. Menyusun jadwal, baik untuk pertemuan koordinasi persiapan
pelaksanaan, pelaksanaan lesson study itu sendiri, maupun untuk
melaksanakan refleksi dan menyusun temuan, yang melibatkan 4 – 6 guru, tidaklah
mudah. Itulah sebabnya pelibatan kepala sekolah sejak awal perencanaan lesson
study sangat penting. Kepala sekolah perlu dilibatkan terutama karena
perannya sebagai decision maker di sekolah. tidak hanya untuk mendapatkan kemudahan dalam
pengaturan jadwal, tetapi juga diharapkan kepala sekolah memberikan dukungannya
dalam bentuk pendanaan untuk pelaksanaan setiap kegiatan dalam lesson study.
Kesepakatan tentang jadwal, pendanaan, dan “aturan main” dari awal
akan menghindari masalah yang tidak diinginkan.
III. PENUTUP
Memperhatikan
pengertian dan tahapan-tahapan lesson study seperti tersebut di atas,
diyakini bahwa akan terjadi proses pembelajaran dari dan untuk sesama guru
anggota lesson study, sehingga secara langsung maupun tidak langsung
akan dapat meningkatkan kompetensi guru anggota lesson study.
Melalui
kegiatan diskusi, baik sewaktu penyamaan persepsi tentang lesson study,
penentuan materi pokok, pemilihan metode dan media, maupun dalam tahap
refleksi, setiap guru anggota tim harus belajar menyampaikan pendapat, beradu
argumen, memperhatikan pendapat orang lain, dan menghormati keputusan hasil
diskusi. Secara tidak langsung, kegiatan ini akan meningkatkan kompetensi
kepribadian dan kompetensi sosial anggota tim. Sedangkan kesempatan anggota tim
untuk secara bersama-sama mengindentifikasi masalah-masalah pembelajaran yang
biasanya dihadapi, mencari solusi, merencanakan pembelajaran untuk materi
tertentu, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi proses maupun hasil
pembelajaran, secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan
kompetensi pedagogik dan kompetensi professional para guru anggota tim.
Karena kegiatan pembelajaran sesama guru
melalui lesson study ini di Indonesia relatif masih baru, maka evaluasi
terhadap efektifitasnya, khususnya dampak kegiatan terhadap peningkatan
kompetensi guru, masih mutlak diperlukan. Jika
kegiatan lesson study terbukti secatra signifikan dapat meningkatkan kompetensi
guru, maka kegiatan akan ini dapat direkomendasikan sebagai bentuk
kegiatan untuk mengembangkan kompetensi guru.
DAFTAR PUSTAKA
Bill Cerbin
& Bryan Kopp. A Brief Introduction to College Lesson Study. Lesson
Study Project. online: http ://www.uwlax.edu/sotl/lsp/index2.htm
Catherine
Lewis (2004) Does Lesson Study Have a Future in the United States?.
Online: sowi-online.de/journal/2004-1/lesson_lewis.htm
Lesson Study
Research Group online: tc.edu/lessonstudy/whatislessonstudy.html
Slamet Mulyana.
2007. Lesson Study (Makalah). Kuningan: LPMP-Jawa Barat
Wikipedia.2007. Lesson
Study. en.wikipedia.org/wiki/Lesson_study